Menanggapi Kisruh Dualisme Kepengurusan Yayasan Gajah Putih, Mustaqim Memberi Tanggapan

Poto : Mustaqim Alumni Universitas Gajah Putih
Mereka lupa, bahwa pada saat mereka menjadi panitia penyelenggara pendirian Perguruan Tinggi di Kabupaten Aceh Tengah adalah selaku pejabat di daerah, akibat jabatan itupun mereka masuk kedalam panitia pendirian perguruan tinggi.
Terlihat juga Kondisi yang saat ini terjadi di tubuh UGP memiliki dua Rektor diakibatkan karena adanya dua kubu di tubuh yayasan gajah putih.
Ada pengurus yayasan yang memberhentikan Aliyin, M.Hut sebagai rektor dan mengangkat Dr. Adnan sebagai Rektor Baru. Faktanya sampai hari ini Aliyin, M.Hut masih menganggap dirinya sebagai Rektor.
Disisi lain Pak Mustafa Ali menganggab belum pernah memberikan mandat kepada bapak Abdiansyiah Linge sebagai Ketua Pengurus Yayasan.
Beredar surat penetapan Pembina Yayasan Baru lagi dengan memasukkan semua anak-anak pendiri, tanpa melibatkan Pemda sebagai Pemilik Yayasan yang syah.
Dari Akte awal diselenggarakan oleh pemda dan pembangunannya pun menggunakan dana Pemda. Padahal rapat yang diselenggarakan oleh Pak Pj Bupati, tertanggal 5 Nopember 2023 di Pendopo Bupati dihadiri oleh Pak Nasruddin dan Pak Sabella Abubakar selaku mantan Bupati Aceh Tengah, disepakati bahwa ada 7 orang dari Pemda dan 5 dari Pengurus Lama yang akan duduk di Kepengurusan YGP yang baru, dengan mengisi Struktur Yayasan terdiri dari PEMBINA, PENGAWAS DAN PENGURUS YAYASAN.
Rapat ini ingin mengembalikan keberadaan YGP yaitu milik masyarakat bukan milik perorangan/kelompok apalagi warisan.
Maka Dari sejarah Universitas UGP sudah jelas bahwa Universitas itu adalah milik rakyat Aceh tengah bukan milik para panitia dan di wariskan, dan sudah seharusnya setelah terbentuknya perguruan tinggi di wilayah tengah di kembalikan ke masyarakat, yang di wakilkan oleh DPRK dan Bupati, sehingga DPRK dan Bupati membentuk kembali siapa dan mengapa yayasan di isi oleh orang orang yang di tunjuk oleh Pemda.
Sampai hari ini UGP belum juga di kembalikan oleh panitia yang ditunjuk kepada Pemda, dan wajar saja UGP sampai sekarang di Klem oleh dimiliki oleh panitia pendiri dan anak2 almarhum panitia pendirian Perguruan tinggi.
Pemda harus mengambil alih UGP untuk sementara dan menunjuk yayasan yang baru dengan tidak melibat kan lagi panitia dan anak2 almarhum selaku panitia Pendiri UGP agar tidak terkesan UGP sebagai harta yang di tinggalkan oleh panitia2 pendiri UGP tersebut.
Karena akar masalah yang terjadi di tubuh Universitas Gajah Putih takengon ada di yayasan sebenarnya yang selalau mengobok- obok universitas.
Maka dari itu Sudah Saatnya Pemda harus turun tangan secepatnya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di UGP agar mahasiswa tidak menjadi korban atas kebringasan nafsu dari oknum oknum yang tak bertanggung jawab.
Masyarakat hari ini menganggap Pemda tidak peduli dengan pendidikan di Aceh tengah dalam mengurusi pendidikan di wilayah tengah artinya ketidak pedulian pemda terlihat ketika pendidikan sudah dipolitiki oleh orang orang yang merasa UGP adalah warisan yang di tinggalkan oleh almarhum- almarhum panitia pendiri UGP.(Ril)
Read more info "Menanggapi Kisruh Dualisme Kepengurusan Yayasan Gajah Putih, Mustaqim Memberi Tanggapan" on the next page :
Editor :Say Indra G
Source : Mustaqim